Karier Mourinho Tak Berjalan Mulus, Ini Cerita

0
Karier Mourinho Tak Berjalan Mulus, Ini Cerita Dua Penyesalannya

Karier Mourinho Tak Berjalan Mulus, Ini Cerita Dua Penyesalannya

Siapa sih yang nggak kenal Jose Mourinho? Pelatih legendaris yang LGOLUX sering kali jadi bahan pembicaraan, entah karena gaya kepelatihan yang tajam atau pernyataan kontroversialnya. Tapi meskipun punya segudang prestasi, Mourinho ternyata juga nggak lepas dari penyesalan dalam perjalanan kariernya. Dalam sebuah wawancara dengan Corriere dello Sport, Mourinho mengungkapkan dua penyesalan terbesar yang ia rasakan selama ini. Yang pertama, ia merasa meninggalkan Real Madrid terlalu cepat. Dan yang kedua, bertahan terlalu lama di AS Roma. Penasaran kan? Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Penyesalan Pertama: Meninggalkan Real Madrid Terlalu Cepat

Mourinho meninggalkan Real Madrid pada tahun 2013, setelah tiga musim memimpin tim raksasa Spanyol itu. Walau sukses mempersembahkan satu trofi LaLiga, satu Copa del Rey, dan satu Piala Super Spanyol, ternyata masih ada rasa yang belum puas di hati Mourinho. Ia merasa bahwa seharusnya ia tetap melanjutkan proyek yang sudah dibangunnya di Madrid. Apalagi, nggak lama setelah kepergiannya, Real Madrid berhasil meraih gelar Liga Champions ke-10 mereka, alias La Decima, pada musim pertama tanpa Mourinho.

Bayangin aja, Mourinho merasa kalau ia tetap ada di sana, mungkin ia bisa jadi bagian dari sejarah besar itu. “Seandainya saya tetap tinggal, mungkin saya juga bisa menjadi bagian dari sejarah besar itu,” kata Mourinho, dengan nada yang penuh penyesalan. Tentu saja, melihat Madrid mengoleksi 15 gelar Liga Champions kini, membuat Mourinho hanya bisa membayangkan apa yang bisa ia capai jika bertahan lebih lama.

Setelah kepergian dari Madrid, Mourinho kembali ke Chelsea untuk periode kedua, dan meski berhasil menambah koleksi trofi Liga Inggris dan Piala Liga Inggris, perjalanan keduanya di Chelsea nggak berjalan mulus. Pada akhir 2015, Mourinho malah dipecat. Masih ada rasa pahit, kan, ketika ingat tentang kesempatan yang hilang di Madrid?

Penyesalan Kedua: Bertahan Terlalu Lama di AS Roma

Setelah kecewa dengan keputusannya meninggalkan Madrid, penyesalan kedua yang diungkapkan Mourinho datang dari keputusannya bertahan di AS Roma. Mourinho bergabung dengan Roma pada musim panas 2021 dan sempat mengangkat harapan baru bagi para penggemar Giallorossi setelah membawa mereka meraih trofi Europa Conference League pada 2022. Trofi ini bahkan jadi gelar kontinental pertama bagi Roma. Tentu saja, itu adalah momen manis yang nggak mudah dilupakan.

Tapi, sayangnya, kesenangan itu nggak berlangsung lama. Pada musim 2023, performa Roma menurun drastis. Mereka bahkan kalah dari Sevilla di final Liga Europa 2023, dalam sebuah pertandingan yang penuh kontroversi. Salah satu momen yang cukup mencuri perhatian adalah ketika Mourinho terlihat emosi banget melabrak wasit Anthony Taylor setelah pertandingan, mengungkapkan rasa frustrasinya. Penurunan performa di liga domestik juga semakin memperburuk situasi.

Akhirnya, pada Januari 2024, Roma memutuskan untuk memecat Mourinho setelah mereka terpuruk di peringkat kesembilan Serie A dan tersingkir dari Coppa Italia oleh Lazio. Mourinho pun mengakui bahwa ia seharusnya pergi lebih awal sebelum keadaan semakin buruk. Ya, kadang, bertahan terlalu lama memang bisa berakibat pada penyesalan, apalagi jika situasi nggak mendukung. Karier Mourinho Tak Berjalan

Petualangan Baru di Fenerbahce

Sekarang, Mourinho memulai petualangan baru di Fenerbahce, klub yang berlaga di Liga Turki. Di bawah asuhannya, Fenerbahce tampil cukup solid dan menduduki peringkat kedua di klasemen sementara dengan 36 poin dari 16 pertandingan. Meskipun mereka masih tertinggal delapan poin dari Galatasaray yang memimpin, Mourinho sudah berusaha keras untuk memulai lembaran baru bersama tim tersebut.

Tentu saja, tekanan untuk meraih gelar masih besar bagi Mourinho, dan ia nggak bisa lepas dari ekspektasi tinggi yang selalu melekat di dirinya. “Setiap tim adalah tantangan baru, dan saya ingin memberikan yang terbaik untuk Fenerbahce,” katanya. Bagi Mourinho, setiap langkah adalah tantangan yang harus dijalani dengan sepenuh hati.

Refleksi Mourinho: Penyesalan dan Prestasi

Meskipun kariernya sudah penuh dengan gelar, termasuk dua trofi Liga Champions bersama Porto dan Inter Milan, Mourinho tetap tidak lepas dari penyesalan. Dua penyesalan besar yang ia ungkapkan dalam wawancara ini mengingatkan kita bahwa bahkan sosok sebesar Mourinho pun pernah membuat keputusan yang salah. Ini adalah pelajaran berharga bahwa dalam hidup, termasuk dalam karier sepak bola, kita sering dihadapkan pada pilihan sulit yang kadang hasilnya tidak sesuai harapan.

Dengan perjalanan barunya di Fenerbahce, kita akan melihat apakah Mourinho bisa menambah koleksi prestasinya atau malah akan ada penyesalan lagi di ujung kariernya. Karena dalam sepak bola, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya? Yang pasti, dengan ambisi dan semangat yang selalu ia miliki, kita bisa berharap Mourinho akan terus berusaha menulis kisah sukses baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *